SISI SURAM SEBATANG ROKOK

Kalau kita sempat menilik sejarah, ide adanya rokok itu pertama kali ditemukan oleh bangsa Indian (Amerika) yang pada waktu itu menjadikan rokok sebagai penghangat tubuh. Dengan berbekal asap yang dikeluarkan oleh rokok orang-orang Indian tidak lagi kedinginan ketika mereka menghadapi malam. Dari masa ke masa perkembangan rokok semakin mengalami ”kesempurnaan” dari segi bentuk dan komposisi. Bayangkan ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu ketika orang Indian mulai berinisiatif menghisap asap (merokok) dalam rangka menghangatkan tubuh, mereka mulai membakar dedaunan (baca : tembakau) yang disisipkan diantara batang bambu yang cukup besar dan dapat di bayangkan helaan nafas yang terengah-engah dari seorang ”maniak rokok” pada waktu itu karena harus menghisap sebatang rokok yang lumayan besar. Beda dengan sekarang, rokok kini tersedia bahkan dengan ukuran mini sekalipun, dan rasa rokok pun kini sudah bisa ”dimodifikasi” bahkan bisa juga ditambahkan dengan rasa yang diinginkan misalnya seperti jenis rokok yang ada di Timur Tengah (Sisha).

Lantas dengan perjalanan sejarah yang begitu panjang. Patut juga kita tanyakan apa sebenarnya kegunaan dari sebatang rokok pada masa kini? Apakah hanya sebatas untuk menghangatkan badan, cara untuk mendapatkan ide, atau hanya trend belaka. Ini adalah pertanyaan yang paling mendasar yang harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri (baca : perokok). Di tengah segala keuntungan yang di dapat (itu juga kalau mungkin ada dan rasional) rokok menyimpan banyak sekali kerugian dan kerugian ini hemat saya merupakan sebuah sinyaleman kuat yang memberikan jalan kepada kemudharatan.

1. Bahaya Rokok bagi Kesehatan

Sudah menjadi rahasia umum bahwa rokok terdiri dari berbagai zat-zat yang dapat merusak tubuh. Kandungan Tar, Nikotin bahkan banyak lagi kandungan berbahaya yang terdapat dalam kepulan asap rokok. Setiap dokter pasti mengatakan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan dan pasti dokter itu pun melarang kita untuk menghisapnya.

Coba kita bayangkan ketika kita menghisap rokok apakah anda pernah berpikir bagaimana nasib tubuh (baca : paru-paru) anda ketika menerima ribuan kepulan asap. Kita ambil contoh cobalah anda meniupkan kepulan asap yang anda hisap dari sebatang rokok di atas kain putih lantas anda coba untuk melihatnya. Pastilah kepulan asap yang anda tiupkan pada kain putih tersebut membekas dan biasanya berwarna kuning (itu adalah kandungan dari rokok yang berupa nikotin), dan untuk membuktikan betapa bahayanya rokok bagi tubuh anda coba lakukan hal yang sama berkali-kali. Pasti kain yang anda tiup dengan asap tersebut menjadi kotor dengan nikotin. Dan bayangkan itu terjadi pada dinding paru-paru anda. Misalkan anda maksimal menghisap rokok tiga batang setiap hari, otomatis anda juga menghisap maksimal seratus kepulan asap ke dalam mulut anda dan mengalir ke dalam paru-paru anda. Anda tahu bahwa paru-paru itu merupakan centra pengolah oksigen yang nantinya akan disebarkan keseluruh jaringan tubuh. Dan dapat kita prediksikan bahan-bahan berbahaya yang datang melalui asap rokok itu tentunya akan mengaliri setiap mili jaringan tubuh kita. Tidak aneh ketika orang-orang yang suka menghisap rokok memiliki tubuh yang rentan terhadap penyakit seperti Kanker pangkal tenggorokan, kanker paru-paru, serangan jantung, TBC, luka lambung dan lain-lain. Lantas ada yang menanyakan bahwa setiap orang itu baik yang merokok atau tidak pasti akan mati dan perokok atau bukan itu tidak menjadikan sebuah barometer dalam kuantitas usia. Memang benar usia itu tidak akan bisa diprediksi apakah yang suka merokok itu akan lebih cepat meninggal atau tidak. Tapi satu hal yang penting adalah bisakah kita menikmati hidup ini dengan tenang dan sehat.

2. Bahaya Rokok bagi Sosial

Tidak hanya dalam bidang kesehatan, merokok juga memberikan dampak yang lain juga terhadap bidang sosial, dengan menjadi perokok otomatis kita mengganggu orang lain yang tidak merokok. Bayangkan oleh anda situasi sosial yang terjadi antara dua orang yang sedang duduk bersebelahan di dalam ruangan tertutup, dan salah satu orang dari mereka itu sedang merokok. Ini jelas memberikan suatu gangguan tersendiri kepada teman sebelahnya yang tidak merokok. Kejadian ini tidak bisa dianggap sepele karena menurut penelitian dari Dr. Nazhim An Nasimi seorang Ketua Ikatan Dokter di kota Halab (Syaikh Muhammad Jamil Zainu, ”Tidak merokok karena Allah”. 2003. Jogjakarta : Media Hidayah) beliau mengatakan bahwa berada dalam satu ruangan tertutup bersama orang yang merokok sama halnya dengan menghisap sepuluh batang rokok. Perokok yang terserang penyakit TBC, influenza atau lainnya bisa menularkan penyakitnya terutama saat batuk.

3. Bahaya Rokok bagi Ekonomi

Bidang ekonomi merupakan dampak ketiga yang menjadi sasaran kerugian dari rokok. Ketika setiap hari misalnya maksimal anda membeli 3 batang rokok untuk anda hisap dan maksimalnya anda mengeluarkan 500 rupiah untuk setiap batangnya anda berarti sudah mengeluarkan uang 1.500 untuk rokok. Coba kita bayangkan pengeluaran kita dalam seminggu, sebulan dan bahkan setahun. (Rp. 1500,- x 360 hari = Rp. 540.000,-). Setiap harinya kita ”menzakatkan” harta kita untuk sesuatu yang tidak berguna. Ironis memang ditengah orang-orang sulit untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan bahkan kebutuhan papannya, tapi di sisi lain anda sibuk dengan menghambur-hamburkan harta anda. Teringat sebuah ayat dalam kitab suci Al-Qur’an : ”Dan janganlah engkau bersikap boros, sesungguhnya orang yang suka memboroskan hartanya merupakan saudara-saudara setan.” (Q.S. Al Isra : 26-27). Melihat substansi dari ayat di atas tentulah kita sudah mengerti bahwa kebiasaan kita merokok merupakan suatu perbuatan yang bisa kita katakan sebagai memboroskan harta, karena sesungguhnya setiap harta yang kita gunakan untuk membeli rokok itu tidak ada gunanya sedikitpun bagi kita secara pribadi. Sebuah kisah menceritakan bahwa ada seseorang yang tiap harinya itu membuang uang satu dirham ke dalam lautan. Dan ada orang lain yang mengatakan bahwa orang tersebut sudah gila (tidak waras), karena sudah menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu hal yang tidak berguna.

4. Bahaya Rokok bagi Moral

Merokok kadang menjadikan sebuah latar belakang bagi kita untuk melakukan sebuah tindak kejahatan atau setidaknya merokok memberikan dampak yang buruk terhadap moral kita. Kita sering menemukan sebuah kasus anak mencuri uang dari dompet orang tua nya hanya karena ingin membeli sebungkus rokok misalkan. Ini hal nyata yang terjadi di lingkungan kita, dan menurut data dari pengadilan 95 % pelaku tindakan kriminal itu adalah seorang perokok. Rokok bisa juga dikatakan sebagai pintu gerbang atau langkah awal kita masuk ke dalam sesuatu yang mengharamkan lainnya. Keingintahuan terhadap rasa dari narkotika itu berawal dari seorang yang aktif merokok bukan dari seorang yang pasif merokok. Di lain pihak Dr. Johnston mengatakan rokok bisa menegangkan syaraf. Oleh karena itu para perokok sering mudah marah, bertengkar mencuri dan melakukan kekerasan.


Ironis sekali memang dari berbagai dampak yang ada rokok bukan semakin menjadi barang yang langka dan dihindari, tapi disadari atau tidak rokok kini rokok sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi para penikmatnya dan tentunya merupakan lahan bisnis yang menggiurkan. Dalam bidang ekonomi banyak orang yang secara langsung bergantung kehidupan pada rokok. Dari mulai penjaja rokok jalanan sampai dengan bos pabrik rokok yang besar menjadikan rokok sebagai mata pencaharian mereka. Di tengah penderitaan yang terus menyebar di masyarakat akibat rokok banyak orang yang mengais rezeki dari keadaan tersebut. Lantas apakah dengan latar belakang seperti itu bisa menggugurkan dampak kerugian dari rokok?. Itu jelas menjadi satu ganjalan besar dari langkah kita dalam memberantas peredaran rokok. Tapi satu hal yang pasti bahwa rokok itu tetap membawa kemudharatan bagi para perokok aktif maupun pasif. Ini seyogyanya harus kita pikirkan bersama. Bagaimana nasib dari negara tercinta ini ketika bangsanya tidak lagi menyadari sebuah bahaya yang terus menggerogotinya setiap saat. Merokok merupakan sikap bawaan dari arus globalisasi yang menerpa Indonesia. Di tengah pragmatisme dan egosentris yang terus tumbuh subur di ranah pertiwi tertanamlah sikap-sikap yang seyogyanya harus kita ”kubur” bersama. Karena dengan menyadari sedini mungkin bahayanya Insya Allah kita akan terhindar dari perbuatan yang menjadikan kita terpuruk dan semakin terbelakang. Wallahu A’lam Bish Shawab.