MENGGUGAH KEPEDULIAN MAHASISWA SEBAGAI BENTUK PERWUJUDAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

PROLOG

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah .. tiada kata terindah selain ucapan syukur kita kepada Allah SWT, karena dengan berkah dan hidayah-Nya kita bisa senantiasa berkumpul, bersilatul fikr bersama dalam kegiatan yang Insya Allah penuh dengan berkah ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak panitia karena pada kesempatan ini saya bisa diperkenankan untuk mengisi acara dalam kegiatan ini.

Secara umum, status sosial kemasyarakatan tidak akan pernah terlepas dari peran serta kaum muda dan mahasiswa. Mulai dari dulu sampai dengan sekarang kaum muda (baca : mahasiswa) merupakan tonggak dari sejarah. Kita ambil contoh Indonesia, Tahun 1908 atau lebih sering dikenal dengan peristiwa Budi Utomo merupakan bukti adanya suatu gerakan mahasiswa dalam merebut kekuasaan negara yang pada waktu itu masih diduduki oleh Belanda. Berbagai elemen dari masyarakat termasuk dari mahasiswa membulatkan tekad untuk terus berjuang dalam melawan politik etis yang telah ditanamkan oleh Belanda pada waktu. Letupan-letupan semangat dari kaum muda selanjutnya mencapai titik klimaks berikutnya yaitu pada tanggal 22 Oktober 1928, seluruh pemuda (mahasiswa) dari berbagai penjuru Indonesia pada waktu itu bersama-sama berikrar atau lebih sering kita kenal dengan ”Sumpah Pemuda”, peristiwa ini menjadi peristiwa penting kedua dalam dunia pergerakan mahasiswa setelah peristiwa Budi Utomo. Sumpah Pemuda merupakan suatu Ikrar dari seluruh kaum muda Indonesia untuk bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ego-ego sektarian yang sebelumnya melekat pada setiap individu waktu itu pudar dengan sendirinya karena mereka mulai menyadari bahwa harus ada suatu persatuan dan kesatuan nasional, sehingga mereka bisa merdeka dari penjajahan. Begitu pentingnya peran dari kaum muda sehingga bisa dikatakan bahwa jika tidak ada inovator-inovator ulung dari kaum muda negeri ini tidak akan pernah merdeka. Setelah peristiwa Sumpah Pemuda yang begitu ”mencengangkan” maka lambat laun para kaum muda dan segenap elemen masyarakat mulai untuk sadar dan membentuk suatu kesepakatan sosial untuk memerdekakan diri. Berbagai perlawanan terhadap kaum kolonial terus saja digencarkan baik perlawanan secara fisik maupun politik etis. Semangat kemerdekaan yang terus menggebu-gebu tersebut ternyata membawakan hasil yaitu dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia oleh sang proklamator Bung Karno. Setelah terbentuknya suatu negara kesatuan Indonesia semenjak diproklamirkannya kemerdekaan, Indonesia mulai untuk merangkak dan berjalan. Hal ini tentunya membutuhkan semangat yang tinggi pula dalam mempertahankannya, di mana pemberontakan-pemberontakan pasca kemerdekaan terus saja memberikan ”kengerian”. Maka semangat untuk mempertahankan negara kesatuan pun harus terus digali demi Indonesia kedepan.

Hingga sekarang Peran kaum muda pun tidak dapat dinafikan dalam hal mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dari waktu ke waktu kaum muda terus memberikan sumbangsih yang cukup besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Hingga sekarang kaum muda pun dituntut untuk terus mempertahankan kemerdekaan. Kini Indonesia masih terus mendapat deraan kolonialisme -atau lebih lumrah dikatakan Neo-kolonialisme-. Dampak dari arus globalisasi pun menjadi tema yang trend hari ini sebagai penjajah baru sebuah negara. ”Libasan-libasan ban globalisasi” kini sudah terasa dari berbagai lini kehidupan. Mulai dari trend sandang, pangan, papan (egosentris-pragmatisme-hedonisme) sampai dengan pemikiran. Sebagai bagian dari kalangan masyarakat, mahasiswa (kaum muda) seyogyanya harus tahu terhadap ancaman global ini. Kita tidak perlu lagi mengangkat bambu runcing seperti apa yang dilakukan oleh para pejuang masa lalu dalam merebut kemerdekaan, tapi kita harus terus mempertahankan kemerdekaan dengan terus memupuk nilai-nilai persatuan dan kebersamaan (gotong royong). Insya Allah dengan memupuk nilai-nilai tersebut dampak negatif dari arus globalisasi yang notabene berupa sikap pragmatisme, hedonisme serta egosentris sektarian tentu akan mudah kita kubur bersama.

GENEOLOGI MAHASISWA

Kalau kita sempat menilik dari tema yang akan kita bahas kali ini, ada sedikit hal yang sangat memprihatinkan dimana kata menggugah dalam artian bahasa Indonesia berarti sesuatu yang perlu untuk dimunculkan karena sudah hilang atau sesuatu yang perlu dioptimalkan eksistensinya karena sudah merangkak hilang. Ini tentu saja menjadi hal yang ironis, apalagi yang kita bicarakan ini adalah seorang mahasiswa.

Baiklah, sahabat-sahabat yang berbahagia. Perlu ada kiranya suatu pemahaman yang komprehensif tentang arti dari seorang mahasiswa. Ini jelas perlu untuk ditinjau ulang, karena ketidak pahaman diri seorang mahasiswa terhadap tugas dan fungsi seorang mahasiswa ini yang sesungguhnya menjadi satu rintangan kita dalam mendobrak nilai kepedulian seorang mahasiswa. Dalam berbagai diskursus sering sekali di utarakan bahwa mahasiswa adalah mahluk yang ”spesial”. Dikatakan spesial karena tugas dan fungsi dari mahasiswa itu secara ideal sangatlah spektakuler (kalau boleh saya katakan). Ini tentunya erat kaitannya dengan tugas dan fungsi ideal seorang mahasiswa. Mahasiswa yang notabene merupakan insan akademis yang seyogyanya bergumul dengan lingkungan-lingkungan akademis mempunyai tugas dan fungsi yang diakumulasikan dalam TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI. Tugas dan fungsi ideal mahasiswa ini merupakan pengejawantahan dari TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI itu sendiri.

Pertama, tugas dan fungsi dari seorang mahasiswa itu adalah belajar (learning), kenapa belajar? Karena mahasiswa ini terikat dengan lingkungan akademis yang mau tidak mau mereka minimalnya harus mencari ilmu lewat media akademis. Belajar adalah sesuatu hal yang mesti dilakukan karena disinilah manusia atau mahasiswa khususnya dapat menjadi insan yang katakanlah ”berbeda” dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan belajar mahasiswa diharapkan dapat senantiasa menginternalisasi segala ilmu yang telah di dapat di bangku perkuliahan baik itu di dapat secara formal maupun informal tentunya. Proses ini adalah bekal kita untuk melangkah ke depan, sehingga peran mahasiswa ini tidak bisa ditinggalkan atau diindahkan. Karena anda sebenarnya tidak bisa sukses jika anda tidak bisa tumbuh, dan anda tidak bisa tumbuh apabila anda tidak bisa belajar. Itu mungkin perkataan yang mesti kita pikirkan bersama bagaimana peranan belajar ini dapat menjadi sesuatu hal yang urgen dikalangan manusia dan mahasiswa khususnya. Proses ini terkadang tidak menjadi suatu pijakan dalam diri seorang mahasiswa, mahasiswa yang berpijak pada hal ini tentunya akan senantiasa terus berubah maupun merubah. Orang tidak berubah karena dia tidak mau untuk berubah, dan orang tidak mau untuk berubah karena dia tidak tahu bahwa dirinya harus berubah, Anda tidak tahu bahwa anda harus berubah intinya adalah anda tidak paham stimulan-stimulan yang masuk ke dalam diri anda yang notabene stimulan tersebut akan memberikan dampak yang positif terhadap diri anda. Anda sekarang sedang berdiri menjadi seorang mahasiswa berarti ada sadar atau tidak, harus tahu bahwa diri anda harus berubah setiap saat demi menunjang aktivitas anda sebagai seorang mahasiswa. Anda harus punya nilai yang baik, posisi yang strategis, dan lingkungan yang baik, itu adalah sebagian kesadaran anda yang harus anda sadari sedini mungkin. Anda punya cita-cita? (Saya harap anda anda mempunyai cita-cita atau keinginan, karena hanya orang matilah yang tidak punya cita-cita), ketika anda mempunyai cita-cita, keinginan, kemauan, ataupun hasrat maka cobalah stimulan-stimulan tersebut dijadikan motivasi bagi kita untuk senantiasa berubah kepada apa yang anda cita-citakan. Maka dari itu fokuskanlah diri anda kepada hal-hal yang mendorong anda untuk senantiasa berubah, karena dengan begitu anda bisa menjadikan hidup ini penuh dengan kemajuan.

Kedua, Penelitian (research) merupakan hal kedua yang harus diperhatikan sekaligus dilakukan seorang mahasiswa. Kenapa harus penelitian? Proses ini diharapkan membentuk mahasiswa-mahasiswa yang inovator (penuh inovasi). Di satu sisi mahasiswa terus menginternalisasi berbagai pelajaran yang di dapat melalui bangku perkuliahan baik itu secara formal ataupun informal, tapi di sisi lain mahasiswa pun perlu melakukan penelitian. Penelitian di sini mengandung pengertian bahwa apa yang telah didapat dalam proses belajar seyogyanya dapat menjadi bekal untuk penggalian sesuatu hal yang baru atau bisa juga dikatakan penelitian ini dimaksudkan untuk mensinergiskan antara teori yang telah didapat dalam proses belajar dengan keadaan yang sebenarnya. Dengan berkat penelitianlah kita bisa menikmati cahaya lampu (bohlam) yang diciptakan oleh Thomas Alfa Edison, beliau terus mencoba meneliti berbagai elemen pembentuk pijaran lampu, hingga penelitian yang terakhirlah beliau bisa menemukan elemen yang dapat memberi terang dalam bola lampunya. Bayangkan apabila Willbright bersaudara tidak mempunyai jiwa penelitian yang keras, mungkin sampai saat ini tidak ada yang namanya pesawat terbang. Ide dari pesawat terbang tersebut mereka temukan ketika mereka meneliti seekor burung yang dapat terbang dengan tenang. Masih banyak sekali para inovator-inovator dunia bahkan juga Indonesia yang mempunyai ”ide-ide gila” sehingga apa yang diciptakannya dapat kita nikmati bersama. Ingat Bill Gates seorang pencipta System komputerisasi (microsoft) yang sekarang ini terdata sebagai orang terkaya no. 2 se-dunia. Penelitian yang dilakukannya memberikan banyak manfaat bagi umat manusia. Dengan komputer hal-hal yang tidak bisa dilakukan dengan cepat kini dapat dilakukan dengan cepat dan praktis. Itu adalah bukti pentingnya sebuah penelitian.

Ketiga, Pengabdian Masyarakat adalah hal ketiga dan secara tidak langsung menjadi titik akhir dari tugas seorang mahasiswa. Ketika mahasiswa terus ’mengilhami’ otaknya dengan proses belajar dan mencari hal-hal yang baru dengan proses penelitian, maka semua hasil dari proses tersebut seyogyanya harus bisa melayani masyarakat. Teringat perkataan dari Oprah Winfrey (Presenter Multitalenta) ”Cara yang paling baik untuk sukses adalah dengan menemukan apa yang anda cintai dan kemudian mempersembahkannya kepada masyarakat dalam bentuk sebuah pelayanan”. Jadi pertanyaannya seberapa jauhkan ilmu yang anda dapatkan dalam bangku perkuliahan (dalam hidup ini) dipersembahkan untuk pengabdian kepada masyarakat. Ini pertanyaan yang harus sering kita tanyakan kepada diri kita sendiri sebagai seorang mahasiswa. Karena apalah jadinya sebuah negara jika para intelektual-intelektualnya tidak bisa membangun masyarakat. Negara merupakan kumpulan dari orang-orang yang yang terbentuk atas masyarakat sehingga apabila masyarakat itu tidak berdiri dengan kokoh dan terus saling menunjang maka dapat diprediksikan negara yang terbentuknya pun akan timpang.

RELASI MAHASISWA DENGAN NILAI KEPEDULIAN

Sebelumnya telah dijelaskan peran dan fungsi sebagai mahasiswa, jadi diharapkan kita semua menjadi tahu akan diri kita sebagai mahasiswa. - Dengan tahu kita akan paham dan dengan paham kita akan cinta -

Relasi mahasiswa dengan nilai kepedulian bisa dikatakan erat kaitannya bahkan bisa dikatakan bahwa nilai kepedulian itu merupakan bagian tubuh dari seorang mahasiswa. Bagaimana tidak, kalau kita lihat strata sosial mahasiswa ini berada dalam posisi strategis antara kalangan elit dan kalangan bawah (masyarakat awam). Mahasiswa yang notabene berada dalam lapisan kelas menengah (middle class) harus mempunyai tugas ganda dalam berbagai aktivitasnya.

Mahasiswa harus seyogyanya bisa mempunyai peran ke atas dan peran ke bawah. Peran ke atas di sini dimaksudkan adalah mahasiswa perlu adanya suatu tindakan (action) terhadap kalangan atas (elit) yang notabene terdiri dari pemerintah dan berbagai kalangan atas lainnya. Sederhananya mahasiswa harus turut andil dalam input serta output dari kerja kelas atas. Output dari kelas atas (pemerintah) ini umumnya berupa kebijakan umum yang akan mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan, selain kita (mahasiswa) memonotoring output yang berupa kebijakan umum, kita juga bisa melakukan suatu advokasi (pendampingan) sebelum output itu ada yaitu kita bisa mendampinginya lewat input kebijakan. Sederhananya mahasiswa seyogyanya harus mempunyai peranan penuh dari proses pembuatan sampai dengan pengejawantahan dari kerja kelas atas (elit) yang berupa kebijakan umum. Gerakan semacam ini sering kami sebut dengan gerakan struktural.

Dilain pihak selain peranan terhadap kelas elit, mahasiswa pun perlu adanya suatu peranan penuh juga terhadap kelas bawah (grassroot) yang notabene bisa dikatakan sebagai objek dari suatu kebijakan dari pemerintah (kelas atas). peranan kita yang pertama dalam menghadapi kelas bawah yaitu kita menjadi suatu ikon pembaharu dalam masyarakat. Prosesnya bisa sebagai tauladan yang baik di kalangan masyarakat juga bisa dengan menjadi suatu mesin pendobrak dalam membangun perkembangan suatu masyarakat (agent social of change). Peran ini sering sekali diacuhkan oleh para mahasiswa, sehingga banyak sekali mahasiswa yang bisa dikatakan setelah lulus secara formal dari suatu institusi / kelembagaan / perguruan tinggi mereka tidak bisa memberikan sumbangsih yang besar untuk masyarakat sekitarnya. Di sisi lain peran mahasiswa pun harus senantiasa menjadi kalangan yang pro-rakyat (pembela kaum tertindas). Atau kami sering gunakan istilah Gerakan kultural. Gerakan ini perlu untuk diterus dilakukan, karena ini di sadari atau tidak juga merupakan wujud dari pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat (lihat TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI). Ketika suatu kebijakan dari pemerintah misalkan yang tidak pro-rakyat sedikitpun ini tentunya kita sebagai mahasiswa harus senantiasa menjadi garda terdepan dalam memperbaikinya. Orang banyak berkata bahwa kemiskinan dan kebodohan di Indonesia itu bukan suatu takdir tapi sesuatu hal yang memang diciptakan. Setiap ketimpangan baik sosial, agama atau pun yang lainnya, dan nantinya akan menjadi masalah dalam kehidupan rakyat secara keseluruhan maka kita sebagai mahasiswa harus berani bertindak tegas dalam memperbaikinya.

Kiranya begitu besar tugas kita sebagai mahasiswa. Orang bijak sering berkata bahwa di balik tugas yang besar pastilah tersembunyi sesuatu kekuatan besar pula. Ini haruslah menjadi suatu sinyalement bagi kita semua untuk terus percaya diri dengan kekuatan besar kita sebagai mahasiswa. Dalam awal pembicaraan ini saya sudah menceritakan tentang peran serta dari kaum muda atau mahasiswa dalam membentuk suatu tatanan kemasyarakatan Indonesia. Teringat kata Bung Karno bahwa ”hanya orang yang berjalan dengan percaya dirilah yang nantinya akan berhasil”.

Mahasiswa kini harus bangun dari tidurnya yang panjang, mahasiswa kini harus mulai terus memperjuangkan nilai-nilai kepedulian. Kalau di analogikan mahasiswa itu kiranya kini terlihat sebagai seorang singa yang punya taring kuat dan tajam, tubuh yang kokoh dan auman yang keras tapi di lain pihak taring yang kuat kini tidak lagi dirasakan, tubuh kokoh kini sudah menjadi lumpuh serta auman keras kini tidak lagi terdengar. Maka dari itu kita harus bangun agar setiap potensi yang ada di dalam tubuh mahasiswa dapat senantiasa bisa dioptimalkan untuk memperjuangkan nilai-nilai kepedulian.

Nilai kepedulian ini haruslah terus untuk kita gali bersama agar nilai kita sebagai mahasiswa tidak ”diperkosa” oleh kita sendiri yang menyatakan diri sebagai mahasiswa. dan virus-virus pragmatisme, ego sektarian serta hedonisme yang menjangkit mahasiswa khususnya, dapat kita kubur bersama. Amin. Wallahu’alam Bishawab.

Demikian dari saya,

Selamat berpuasa,

Mohon maaf lahir dan batin,

Semoga segala kekhilapan kita sebagai mahasiswa dapat dimaafkan oleh Allah SWT.

”Maju terus! buatlah perubahan! kelak anda justru akan berterima kasih pada diri sendiri karena melakukan hal ini”

- Teruslah Berubah Demi Menuju Kemajuan -

TANGAN TERKEPAL DAN MAJU KEMUKA

Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamith Tharieq

Wassalamu’alaikum Wr.Wb